Sabtu, 20 Juli 2013

Konservasi Arsitektur: Menara Syahbandar

MENARA SYAHBANDAR


I.PENDAHULUAN


Latar Belakang Sejarah:
"Dari sinilah kapal yang akan berlabuh diamati dan diberi tanda", demikian tulis Adolf Heuken dalam buku Tempat-Tempat Bersejarah di Jakarta.


Gambar 1. Menara Syahbandar

Menara Syahbandar disebut juga Uitkljk, Uitkijk Post berada di tepi barat muara Ciliwung, tepatnya terletak di Jl. Pasar Ikan No.1, Jakarta. Disebut sebagai De Uitkijk atau menara peninjau, karena menara ini memantau seluruh wilayah baik ke arah Pelabuhan Sunda Kelapa dan laut lepas di sebelah utara maupun ke arah Kota Batavia di sebelah selatannya dan juga karena Menara Syahbandar (Uitkijk) didirikan menggantikan tiang bendera lama yang berlokasi di Galangan Kapal VOC. Fungsi dari tiang bendera ini adalah untuk memberikan tanda-tanda kepada kapal yang akan berlabuh di Sunda Kelapa, tetapi sekaligus sebagai menara pengawas, baik wilayah laut maupun darat. 

Gambar 2. Peta Batavia
Gambar 3. Foto Udara
Gambar 4. Plank Nama menara Syahbandar merupakan bagian dari Museum Bahari

Bicara soal Menara Syahbandar, maka tak bisa lepas dari Bastion Culemborg. Bastion atau kubu pertahanan ini dibangun jauh lebih dulu yaitu tahun 1645 dan merupakan bagian dari tembok Kota Batavia. Culemborg tak lain nama kota kelahiran Gubernur Jenderal van Diemen (1593-1645). Di dalam kubu inilah Menara Syahbandar dibangun. Tembok tebal yang merupakan sebuah bastion itu menyatu pada tembok pertahanan Kota Batavia tempo dulu. Pada tembok kokoh itu bersandar dua buah meriam kuno masa lalu. kubu ini menghadap ke arah barat laut Kota Batavia, merupakan pintu masuk Kota Batavia dari laut (Waterpoort). Pada tahun 1808, kubu ini dihancurkan oleh Gubernur Jenderal Daendels, kemudian di atasnya didirikan bangunan menara pengawas yang dikenal juga dengan menara Syahbandar pada tahun 1839.

Gambar 5. Bastion, benteng pertahanan dengan warna kuning pada peta 

Sebagai bagian dari perbentengan Belanda, di sinilah letak pintu masuk lorong bawah tanah yang menuju ke Stadhuis (sekarang Museum Sejarah Jakarta) dan Benteng Frederik Hendrik (sekarang Mesjid Istiqlal). Di puncak menara terdapat jendela di empat sisi, untuk mempermudah pengawasan ke segala penjuru. Pada masanya, Menara Syahbandar pernah menjadi bangunan tertinggi di Batavia. Menara Syahbandar tingginya 40 meter untuk mencapai puncaknya terdapat sebuah tangga khusus. Pada tahun 1839 didirikan menara baru sebagai pengganti menara yang lama. Menara ini kemudian direnovasi bersamaan dengan pemugaran bangunan gudang-gudang yang dijadikan Museum Bahari. Sebelum dipugar pernah dijadikan Kantor Komseko (Komando Sektor Kepolisian) dan pernah pula digunakan sebagai Kantor Museum Bahari.

Gambar 6. Menara Syahbandar sebagai menara pemantau pada masa keemasannya
Sumber : www.dansapar.com

Menara Syahbandar yang berfungsi sebagai menara pengintai ini juga pernah difungsikan sebagai stasiun meteorologi. Karena dibangun di atas bangunan lain (sebagian Bastion Culemborg), pada kondisi tanah rawa yg labil, lama-kelamaan bangunan bersejarah ini menjadi miring ke arah selatan, sehingga akhirnya dikenal sebagai Menara Miring. Dahulu, apabila berada di ruang paling atas dan sedang bertiup angin kencang atau mobil melintas kencang dibawahnya, menara tersebut akan terasa bergoyang-goyang, sehingga dinamakan juga "Menara Goyang". 

Di dalam Menara Syahbandar dapat disaksikan sebuah peninggalan masa silam yang unik, berbentuk lempengan batu bertuliskan huruf Cina, diduga merupakan titik meridian atau titik pusat Kota Batavia. Huruf Cina tersebut berbunyi: Batas Titik. Oleh Gubernur Jakarta pada waktu itu Ali Sadikin pada 7 Juli tahun 1977 ditempatkanlah tugu nol kilometer disini hal ini dapat dilihat pada tugu peresmian yang berada di halaman. Hal ini dapat dilihat dari tulisan P126, yang merupakan titik meridian (pertemuan garis bujur dan garis lintang) Kota Jakarta. Selain itu, tugu ini juga didirikan tepat pada ketinggian 0 meter dari permukaan laut. Hal ini menyatakan bahwa para pedagang Cina di Batavia ikut berbela-sungkawa atas meninggalnya Kaisar Pu Yi di Cina.

Gambar 7. Titik nol
Sumber: matah ati
Gambar 8. Prasasti peresmian oleh Gubernur Jakarta Ali Sadikin
Gambar 9. Menara Syahbandar merupakan bangunan tertinggi pada waktu itu, sehingga sangat tepat dijadikan menara pengawasan.

Setelah pelabuhan Tanjung Priok dibangun pada tahun 1886, fungsi menara ini mulai berkurang. Pada tahun 1926 sampai dengan 1967, menara ini berfungsi sebagai Kantor Syahbandar Pelabuhan Pasar Ikan. Setelah pelabuhan Sunda Kelapa diresmikan pada tahun 1967, maka menara ini tidak lagi dijadikan kegiatan pelabuhan.


II. TELAAH PUSTAKA

Arahan pelestarian Kawasan

1. Arahan pelestarian kawasan
Arahan pelestarian kawasan ditujukan untuk mempertahankan kondisi fisik, ciri khas dan karakter kawasan sebagai kawasan peninggalan sejarah Kolonial di Batavia. Arahan pelestarian di Kawasan Menara Syahbandar secara umum adalah :
  • Penyusunan pedoman desain untuk mengendalikan kemungkinan terjadinya pendirian bangunan baru dengan desain dan konstruksi yang dinilai tidak selaras dengan bangunan kuno di sekitarnya. Bagi bangunan baru diarahkan agar selaras dengan bangunan kuno di sekitarnya, dengan menyesuaikan ornamen dan bentuk atap mengikuti gaya arsitektur Kolonial. 
  • Perlindungan kawasan bersejarah melalui pemberian batasan dan penetapan zona-zona pelestarian khusus. Adanya aturan zonasi ini melindungi kawasan terhadap kemungkinan terjadinya perubahan fungsi serta pembatasan terhadap pendirian bangunan baru yang tidak sesuai dengan aturan. 
  • Pelaksanaan hukum dan peraturan pelestarian secara tegas dan adil, pelaksanaan pemberian sanksi bagi yang melanggar, pemberian sanksi yang tegas dan adil diharapkan mampu mengendalikan perubahan kawasan bersejarah. 
  • Memberikan insentif berupa keringanan retribusi dan bantuan dana perawatan bangunan, penghargaan bagi masyarakat yang telah berperan aktif dalam kegiatan pelestarian kawasan bersejarah. 
  • Memberikan penyuluhan kepada masyarakat baik pemilik bangunan bersejarah maupun non bersejarah mengenai pentingnya pelestarian kawasan bersejarah, diharapkan melalui penyuluhan ini dapat mengubah cara pandang masyarakat yang semula memandang negatif terhadap pelestarian kawasan. 
  • Pemerintah bekerja sama dengan masyarakat dalam melakukan kegiatan pelestarian serta hal – hal lain yang berhubungan dengan perlindungan kawasan dan bangunan bersejarah 
  • Pembersihan dan Pengerukan limbah kali disekitar kawasan yang menyebabkan pencemaran udara dan pencemaran saluran air, sehingga fungsi saluran air kembali normal 
  • Melakukan sosialisasi pada masyarakat sekitar agar tidak membuang limbah ke saluran air sekitar kawasan. 
2. Arahan pelestarian bangunan
Arahan pelestarian bangunan bersejarah di Kawasan Menara Syahbandar dirumuskan berdasarkan pertimbangan faktor penyebab perubahan fisik bangunan bersejarah. Adapun arahan pelestarian bangunan bersejarah di Kawasan Menara Syahbandar adalah sebagai berikut:
  • Penyusunan pedoman tata cara pemeliharaan bangunan kuno-bersejarah termasuk memuat bagian-bagian bangunan yang harus dipertahankan keasliannya. Hal ini bertujuan agar setiap bangunan bersejarah memiliki perlindungan yang jelas, sah dan mengikat sehingga apabila terjadi pergantian kepemilikan bangunan di sekitar Menara (pasar ikan), perubahan fisik bangunan oleh pemilik baru dapat dicegah. Juga dengan pemberian sanksi yang tegas kepada pemilik bangunan yang melakukan perubahan pada bangunan bersejarah. 
  • Memberikan informasi yang jelas mengenai pentingnya pelestarian bangunan bersejarah secara rutin kepada masyarakat melalui publikasi atau penyuluhan dan mengajak pemilik bangunan untuk ikut berperan aktif dalam pelestarian bangunan bersejarah di Kawasan. 
  • Pemberian insentif kepada pemilik bangunan yang telah berperan serta dalam menjaga kelestarian fisik bangunan dan kawasan, melalui pemberian bantuan dana perawatan bangunan, subsidi atau pemberian keringanan retribusi.a. Pemberian penghargaan dari pemerintah kepada pemilik bangunan atau masyarakat yang telah berperan aktif dalam pelestarian bangunan bersejarah, penghargaan dapat berupa piagam, publikasi, subsidi untuk pemeliharaan bangunan. 
  • Membuat acara – acara bulanan atau tahunan yang berskala nasional untuk promosi kawasan. 
  • Pemerintah dapat mengambil alih kepemilikan serta pengelolaan bangunan kuno yang terbengkalai atau pemilik tidak mampu lagi melakukan perawatan. 

III. GAMBARAN KAWASAN

I. Eksisting
Ada 3 ruangan yang ada di dalam menara. Sebuah ruangan di lantai dasar sebagai pintu masuk ke Menara Syahbandar, sebuah ruangan di bagian tengah merupakan bangunan kosong dengan lebar kurang lebih 6x7 meter, dan sebuah ruangan lagi di bagian atas sebagai ruang pengamatan yang dilengkapi dengan empat jendela. Di bagian bawah lantai dasar, terdapat ruangan yang dulunya digunakan sebagai penjara yaitu ruang tahanan bagi awak kapal yang melanggar peraturan. Sesuai dengan fungsinya, di sekitar Menara Syahbandar terdapat tujuh meriam. Tiga diantaranya mengarah ke Pasar Ikan.

Gambar 10. Struktur ruang secara vertikal bangunan Menara Syahbandar
Gambar 11. Dekat pintu masuk area Menara Syahbandar terdapat meriam kuno yang menghadap kawasan pasar ikan.
Gambar 12. Bangunan gudang berhadapan dengan menara

Di sekitar menara terdapat bangunan lain, yaitu sebuah gedung yang dulunya dipakai untuk kantor urusan perdagangan, bangunan yang difungsikan sebagai gudang tepat di depan menara, dan bangunan di samping menara yang dulunya digunakan untuk urusan pabean yang tingginya 18 meter dengan luas bangunan 10x6 meter.

Selain peninggalan sejarah, pemandangan di kawasan ini juga sangat indah. Apalagi, jika berada di bagian atas menara, tepatnya di ruang pengamatan. Setelah memanjat beberapa anak tangga dan mencapai pos pengamatan, pengunjung akan mendapatkan suatu pandangan yang indah dari kapal-kapal kayu tradisional di Sunda Kelapa, dan hamparan laut yang luas. Jika kita pandai menyelai masa kejayaan Pelabuhan Sunda Kalapa tempo dulu, maka kita pasti akan terbuai betapa majunya aktivitas perdagangan kala itu.

Gambar 13. Pemandangan dari lantai 3 Menara Syahbandar

Daerah potensial untuk sebuah wadah rekreasi wisata sejarah kota Jakarta, namun sayang bau amis yang sangat tajam menjadi hal yang sangat mengganggu mengungat letaknya bersebelahan dengan pasar ikan, kekurangan lain adalah pemandangan di sekitar menara yang dipenuhi limbah dan sampah membuat pengunjung tidak betah berada di sekitar kawasan menara.

Gambar 14. Pemandangan kali yang dipenuhi limbah dan bau amis yang menyengat sekitar menara yang sangat disayangkan.

Gambar kawasan dan bangunan cagar budaya: berisi kondisi eksisting kawasan dan bangunan berikut ulasan arsitekturaslnya(kategori lingkungan dan bangunan pemugarannya, Langgam, fasade, elemen arsitektural yang khas, material dan warna bangunan)

II. Langgam

Gambar 15. Menara Syahbandar

Kawasan Menara Syahbandar dibangun pada tahun 1839 oleh pemerintah Belanda, gaya The Empire Style khas Eropa merupakan gaya yang dipakai pada masa itu untuk menunjukan eksistensinya di derah kekuasaannya (Indonesia) namun iklim yang berbeda menghasilkan gaya arsitek baru yang dikenal dengan gaya Hindi belanda. 

Gaya arsitektur The Empire Style adalah suatu gaya arsitektur neo-klasik yang melanda Eropa (terutama Prancis, bukan Belanda) yang diterjemahkan secara bebas. Di Indonesia gayanya menghasilkan gaya baru yang disebut gaya Hindia Belanda (Indonesia) artinya bergaya kolonial namun disesuaikan dengan lingkungan lokal dengan iklim dan tersedianya material pada waktu itu (Akihary dalam Handinoto, 1996: 132). Ciri-cirinya antara lain: denah yang simetris, satu lantai dan ditutup dengan atap perisai. Karakteristik lain dari gaya ini diantaranya: terbuka, terdapat pilar di serambi depan dan belakang, terdapat serambi tengah yang menuju ke ruang tidur dan kamar-kamar lain. Ciri khas dari gaya arsitektur ini yaitu adanya barisan pilar atau kolom (bergaya Yunani) yang menjulang ke atas serta terdapat gevel dan mahkota di atas serambi depan dan belakang. Serambi belakang seringkali digunakan sebagai ruang makan dan pada bagian belakangnya dihubungkan dengan daerah servis (Handinoto, 1996: 132-133).

Gaya ini dapat pula ditemukan pada Bangunan Kawasan Menara Syahbandar, berikut ulasannya:
  • Atap 
Atap pelana merupakan gaya arsitektural yang cocok untuk bangunan beriklim tropis dengan curah hujan yang tinggi. Sehingga gaya arsitek tropis pada atap pelana dipakai sebagai struktur atap bangunan kawasan ini.

Gambar 16. Atap pelana yang sering ditemukan pada rumah – rumah di Indonesia

  • Pintu
Elemen lengkung “arch” sangat menonjolkan bangunan khas Eropa pada saat itu, model lengkung yang sama juga merupakan gaya yunani. Yang diadopsi ke dalam bangunan ini. Tidak itu saja pada dinding terdapat list plank yang hadir mengesankan garis-garis tegas dan kokoh yang bergaya Eropa.

Gambar 17. Pintu terdapat tiga buah

  • Jendela
Jumlah dan letak jendela yang berirama statis dan adanya tritisan di atas jendela yang pendek
mencerminkan gaya Eropa klasik.

Gambar 18. Jendela Menara Syahbandar
Gambar 19. Salah satu Bangunan Bersejarah di Prancis

  • Warna
Pada Umumnya warna pada menara syahbandar awalnya adalah putih namun setelah direnovasi di cat kuning gading, warna jendela dan dinding bagian atas menggunakan warna terang yaitu hijau dan merah menunjukan adanya pengaruh kebudayaan Betawi yang kuat dan Cina pada bangunan ini, karena pada umumnya gaya arsitektur eropa tidak menggunakan warna cerah dan terang.

Gambar 20. Warna terang mendominasi bangunan
  •  Kolom
Kolom kolom bergaya Yunani yang berkesan kokoh juga terdapat pada Bangunan.
Gambar 21. Kolom pada bangunan depan Menara Syahbandar
  • Hard material landscape
Banyaknya Elemen landscape menggunakan gaya Eropa pada kawasan ini, hal ini mungkin disebabkan karna pada saat itu belum ada model – model hard material seperti lampu taman yang bergaya selain gaya Eropa.
Gambar 22. Elemen Hard material dalam kawasan

IV. USULAN PENANGANAN PELESTARIAN

Penentuan tindakan pelestarian bangunan Menara Syahbandar ini diperoleh dari penilaian dengan menggunakan kriteria makna kultural bangunan kuno. Dari penilaian tersebut diperoleh hasil sebagai berikut :
  •  Bangunan ini tergolong dalam tindakan pelestarian preservasi, yaitu pelestarian menitik beratkan pada pemeliharaan dan perlindungan orisinalitas bentuk bangunan. Bangunan yang telah dibangun disuatu tempat harus dipertahankan (dilestarikan) dalam keadaan aslinya tanpa ada perubahan dan mencegah penghancuran. 
Gambar 23. Bangunan Lawang Sewu dengan Tindakan Pelestarian Preservasi 
  • Bangunan kuno tergolong dalam tindakan pelestarian konservasi, menitikberatkan pada pemeliharaan, perlindungan dan pemanfaatan fungsi bangunan guna mempertahankan keberadaan bangunan kuno. 
Gambar 24. Bangunan Kuno Stasiun Tanjung Priok dengan Tindakan Pelestarian Konservasi

 Nama Kegiatan: Berdasarkan situasi dan kondisi terkini kawasan Menara Syahbandar maka nama kegiatan tersebut adalah “Pengelolaan Preservasi dan Konservasi Menara Syahbandar”. 
 Lokasi Kegiatan : Lokasi kegiatan berada di Jl. Pasar Ikan No.1, Jakarta Utara.
 Kondisi Sekarang (Input): Pada saat ini kondisi bangunan Menara Syahbandar dalam keadaan cukup baik, pada tahun 2012 Pemerintah Kota Jakarta telah melakukan program Konservasi dilakukan untuk membenahi seluruh kondisi menara yang tak terawat, termasuk pengecatan ulang pada dinding menara dan pembenahan tangga yang sudah tampak rapuh. Tetapi, konservasi ini tidak dapat membenahi kemiringan pada menara. 
Gambar 25. Menara Syahbandar Sebelum Di Konservasi Cat Pintunya Berwarna Merah

Namun konservasi hanya dilakukan pada bangunannya saja, lingkungan sekitar lokasi masih sangat memprihatinkan. Terdapat kali yang tersumbat oleh limbah dan tidak mengalir di sekitar lokasi, kali tersebut sangat merusak pemandangan dan menyebabkan polusi udara karena menimbulkan bau yang tidak sedap.

 Kondisi Yang Diinginkan Pasca Pengelolaan dan Konservasi (Output) : Dengan pengelolaan dan konservasi yang diusulkan, Sebaiknya Pemerintah Kota mulai melakukan pembersihan dan pengerukkan kali disekitar lokasi, apabila kali tersebut dibersihkan maka pemandangan dari dalam lokasi ke luar akan sangat indah dan akan menarik wisatawan untuk berkunjung ke tempat bersejarah ini. Akan lebih baik bila pengunjung dapat berinteraksi dengan kali tersebut sambil menikmati pemandangan dengan memanfaatkannya sebagai tempat pemancingan dan pembuatan dermaga kecil . 

Gambar 26. Contoh Pengolahan Tepian Sungai Dengan Membuat Dermaga-Dermaga Kecil

Selain itu, pada lokasi terlihat kurangnya green space, dan lebih banyak menggunakan perkerasan. Sebaiknya dibuat taman-taman kecil dan pengolahan landscape agar suasana terlihat lebih asri dan sejuk sebagai penghijauan di daerah Jakarta Utara yang berudara sangat panas. Pengolahan landscape dan peletakkan bangku-bangku taman untuk beristirahat dan menikmati pemandangan akan menarik minat pengunjung untuk berlama-lama ditempat ini. 

Gambar 27. Contoh Pengolahan Landscape Sederhana Yang Didominasi Perkerasan 
Gambar 28. Contoh Pengolahan Landscape dan Bangku Taman 

 Selain itu sebaiknya sering dibuat acara-acara yang meningkatkan minat untuk mengunjungi tempat-tempat bersejarah dengan melibatkan masyarakat. Contoh yang kreatif telah nampak pada pameran video mapping 3D di museum Fatahillah Jakarta beberapa tahun lalu. Video mapping 3D, yakni suatu pertunjukan gambar bergerak, fotografi, dan desain komputer yang digabungkan menggunakan perangkat lunak dan keras lalu diproyeksikan ke gedung (Museum Fatahillah) untuk menciptakan imaji yang mengecoh mata. Video mapping 3D yang baru pertama kali digelar di Indonesia hasil kolaborasi seniman multimedia asal Inggris D-Fuse dengan sineas muda Sakti Parantean dan Adi Panuntun, fotografer Feri Latief, dan penulis Taqarrable. Dengan melibatkan kreativitas seperti itu diharapkan generasi muda juga ikut membantu menjaga bangunan peninggalan sejarah mereka dengan cara keratif mereka sendiri.

Gambar 29. 3D Mapping Arts, Museum Fatahillah Jakarta 

 Peluang: Lahan yang telah ada dan dapat dikembangkan sebagai sarana wisata lingkungan. Hasil pengelolaan yang diharapkan dapat membiayai operasi dan pemeliharaan lahan. Masyarakat sekitar yang haus akan hiburan mengenai bangunan bersejarah, wisata dan daerah hijau. Pemerintah Pusat atau daerah yang diharapkan dapat memberikan sebagaian anggarannya untuk kegiatan yang positif.

Yang Tertinggi di Titik Nol De Uitkijk Post - Menara Syahbandar

Data Bangunan


Lokasi: Jl. Pasar Ikan, Jakarta Utara
Fungsi awal: Menara pemantau dan kantor pabean
Fungsi saat ini: Bagian dari Museum Bahari
Konteks:
a. Gudang navigasi, di dpn menara
b. Kantor pabean, samping menara
c. Kantor perdangangan, di bgian bwah dekat tangga
d. Ruang tahanan, di bwah tanah
e. Terowongan bawah tnah ke batavia, ditutup
Ukuran: 10mx6m; tinggi 18m
Kemiringan: sekitar ke arah selatan




Latar Belakang Sejarah:

"Dari sinilah kapal yang akan berlabuh diamati dan diberi tanda", demikian tulis Adolf Heuken dalam buku Tempat-Tempat Bersejarah di Jakarta.



Gambar 1. Menara Syahbandar


Menara Syahbandar disebut juga Uitkljk, Uitkijk Post berada di tepi barat muara Ciliwung, tepatnya terletak di Jl. Pasar Ikan No.1, Jakarta. Disebut sebagai De Uitkijk atau menara peninjau, karena menara ini memantau seluruh wilayah baik ke arah Pelabuhan Sunda Kelapa dan laut lepas di sebelah utara maupun ke arah Kota Batavia di sebelah selatannya.Sebagai bagian dari perbentengan Belanda, di sinilah letak pintu masuk lorong bawah tanah yang menuju ke Stadhuis (sekarang Museum Sejarah Jakarta) dan Benteng Frederik Hendrik (sekarang Mesjid Istiqlal). Di puncak menara terdapat jendela di empat sisi, untuk mempermudah pengawasan ke segala penjuru. Pada masanya, Menara Syahbandar pernah menjadi bangunan tertinggi di Batavia.

Menara Syahbandar tingginya 40 meter untuk mencapai puncaknya terdapat sebuah tangga khusus. Pada tahun 1839 didirikan menara baru sebagai pengganti menara yang lama. Menara ini kemudian direnovasi bersamaan dengan pemugaran bangunan gudang-gudang yang dijadikan Museum Bahari. Sebelum dipugar pernah dijadikan Kantor Komseko (Komando Sektor Kepolisian) dan pernah pula digunakan sebagai Kantor Museum Bahari.


Gambar 2. Pintu Masuk kawasan Menara Syahbandar yang juga merupakan bagian Museum Bahari.


Menara Syahbandar yang berfungsi sebagai menara pengintai ini juga pernah difungsikan sebagai stasiun meteorologi.Karena dibangun di atas bangunan lain (sebagian Bastion Culemborg), pada kondisi tanah rawa yg labil, lama-kelamaan bangunan bersejarah ini menjadi miring ke arah selatan, sehingga akhirnya dikenal sebagai Menara Miring. Dahulu, apabila berada di ruang paling atas dan sedang bertiup angin kencang atau mobil melintas kencang dibawahnya, menara tersebut akan terasa bergoyang-goyang, sehingga dinamakan juga "Menara Goyang".

Bicara soal Menara Syahbandar, maka tak bisa lepas dari Bastion Culemborg. Bastion atau kubu pertahanan ini dibangun jauh lebih dulu yaitu tahun 1645 dan merupakan bagian dari tembok Kota Batavia. Culemborg tak lain nama kota kelahiran Gubernur Jenderal van Diemen (1593-1645). Di dalam kubu inilah Menara Syahbandar dibangun. Tembok tebal yang merupakan sebuah bastion itu menyatu pada tembok pertahanan Kota Batavia tempo dulu. Pada tembok kokoh itu bersandar dua buah meriam kuno masa lalu.


Gambar 3. Bagian pintu masuk area Menara Syahbandar terdapat meriam kuno.

Di dalam sebuah ruangan kantor dalam Menara Syahbandar dapat disaksikan sebuah peninggalan masa silam yang unik, berbentuk lempengan batu bertuliskan huruf Cina, diduga merupakan titik meridian atau titik pusat Kota Batavia. Huruf Cina tersebut berbunyi: Batas Titik. Oleh Gubernur Jakarta pada waktu itu Ali Sadikin pada 7 Juli tahun 1977 ditempatkanlah tugu nol kilometer disini hal ini dapat dilihat pada tugu peresmian yang berada di halaman. Hal ini dapat dilihat dari tulisan P126, yang merupakan titik meridian (pertemuan garis bujur dan garis lintang) Kota Jakarta. Selain itu, tugu ini juga didirikan tepat pada ketinggian 0 meter dari permukaan laut. Hal ini menyatakan
bahwa para pedagang Cina di Batavia ikut berbela-sungkawa atas meninggalnya Kaisar Pu Yi di Cina.

Gambar 4. Prasasti peresmian oleh Gubernur Jakarta Ali Sadikin


Di sekitar menara terdapat 3 bangunan lain, yaitu sebuah gedung yang dulunya dipakai untuk kantor urusan perdagangan, bangunan yang difungsikan sebagai gudang tepat di depan menara, dan bangunan di samping menara yang dulunya digunakan untuk urusan pabean. Ada 3 ruangan yang ada di dalam menara. Sebuah ruangan di lantai dasar, sebuah ruangan di bagian tengah, dan sebuah ruangan lagi di bagian atas. Di bagian bawah lantai dasar, terdapat ruangan yang dulunya digunakan sebagai penjara. Sesuai dengan fungsinya, di sekitar Menara Syahbandar terdapat tujuh meriam. Tiga diantaranya mengarah ke Pasar Ikan.


Gambar 5. Bagian kawasan Menara Syahbandar terdapat bangunan lain 
seperti kantor urusan perdagangan pelabuhan Jakarta tempo dulu.


Menara yang lainnya memiliki ketinggian 18 meter dengan luas bangunan 10x6 meter. Pada bagian bawah terdapat ruang tahanan bagi awak kapal yang melanggar peraturan. Sedangkan pada bagian puncak terdapat ruang pengamatan yang dilengkapi dengan empat jendela. Sebagian bahan dasar bangunan terbuat dari kayu jati. Bangunan terbagi dari tiga lantai, yakni lantai dasar sebagai pintu masuk ke Menara Syahbandar, lantai dua merupakan bangunan kosong dengan lebar kurang lebih 6x7 meter, dan lantai atas merupakan tempat pengintaian.

Selain peninggalan sejarah, pemandangan di kawasan ini juga sangat indah. Apalagi, jika berada di bagian atas menara, tepatnya di ruang pengamatan. Setelah memanjat beberapa anak tangga dan mencapai pos pengamatan, pengunjung akan mendapatkan suatu pandangan yang indah dari kapal-kapal kayu tradisional di Sunda Kelapa, dan hamparan laut yang luas. Jika kita pandai menyelai masa kejayaan Pelabuhan Sunda Kalapa tempo dulu, maka kita pasti akan terbuai betapa majunya aktivitas perdagangan kala itu.


Gambar 6. Pemandangan kali yang dipenuhi limbah dan bau amis yang menyengat sekitar menara yang sangat disayangkan.



Daerah potensial untuk sebuah wadah rekreasi wisata sejarah kota Jakarta, namun sayang bau amis yang sangat tajam menjadi hal yang sangat mengganggu mengungat letaknya bersebelahan dengan pasar ikan, kekurangan lain adalah pemandangan di sekitar menara yang dipenuhi limbah dan sampah membuat pengunjung tidak betah berada di sekitar kawasan menara.


Sumber:
http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/3059/Syahbandar-Menara

Selasa, 12 Februari 2013

MUSEUM OLAHRAGA TMII


Metode Kritik Arsitektur

1. Kritik Normatif
Dalam kritik normatif ini, kritikus mempunyai pemahaman yang diyakini dan kemudian menjadikan norma sebagai tolak ukur, karena kritik normatif merupakan salah satu cara mengkritisi berdasarkan prinsip tertentu yang diyakini menjadi suatu pola atau standar, dengan input dan output berupa penilaian kualitatif maupun kuantitatif.


Kritik normatif terbagi dalam 4 metode, yaitu:

a. Metode Doktrin
Merupakan metode yang dilihat dari aliran atau paham atau nilai-nilai sosial. Singkatnya, seperti disaat kita membuat sebuah tema perancangan bentuk arsitektur. Tema tersebut adalah doktrin yang kita buat untuk meyakinkan diri sendiri tentang apa yang ingin kita buat.
b. Metode Tipikal
Yaitu suatu pendekatan yang mempunyai uraian urutan secara tersusun. Kebiasaan yang terarah.
Contoh. Bangunan sekolah,secara tipikal di tempat manapun di Indonesia selalu memiliki ruang kelas, ruang guru,ruang kepala sekolah, ruang kesenian,  lab, perpustakaan, kantin, gudang, toilet. 
c. Metode Ukuran
Ukuran dijadikan sebagai patokan untuk menilai namun pada akhirnya kecenderungan relativitas akan lebih berperan. Sifatnya akan berakhir tidak pasti, relatif, sesuai dengan pemahaman yang diinginkan masing-masing.
d. Metode Sistematik
Penilaian digunakan dari sistem.

2. Kritik Deskriptif yang menjelaskan sebuah kritik seolah kita adalah seorang jurnalis arsitektur atau sejarahwan.

Kritik Deskriptif ini terdiri dari :
1. Kritik Depiktif 
Sebuah kritik yang memaparkan apa adanya tanpa melebih-lebihkan.
2. Kritik Biografis 
Kritik yang menceritakan tentang arsiteknya.
3. Kritik Kontekstual 
Kritik yang membahas apa yang sedang terjadi, mengapa, ada apa, hingga ke akarnya (roots)

3. Kritik Interpretif yang berarti adalah sebuah kritik yang menafsirkan namun tidak menilai secara judgemental, terdiri dari :

1. Kritik Evokatif (Kritik yang membangkitkan rasa)
2. Kritik Advokatif (Kritik yang membela, memposisikan diri seolah-olah kita adalah arsitek tersebut.)
3. Kritik Impresionis (Kritik dipakai sebagai alat untuk melahirkan karya seni baru)


“MUSEUM OLAHRAGA”

“Kritik Tipikal adalah metode krItik  yang didasarkan pada model yang digeneralisasi untuk satu kategori bangunan spesifik, baik dari struktur, fungsi maupun bentuk”



Gbr. Museum Olahraga TMII

Museum Olahraga berdiri di atas lahan dengan luas 1,5 ha dengan luas bangunan ± 3000 m2, dan tinggi 17 meter. Lokasi site museum olahraga sangatlah strategis, kerena dekat dengan pintu masuk selatan dan jalan utama area masuk TMII Bentuk bangunan Museum Olahraga adalah Bola, karena diambil dari salah satu cabang olahraga yang sangat digemari oleh seluruh lapisan masyarakat yaitu sepak bola. Museum olahraga dirancang oleh Ir. Zain Rachman pimpinan PT EXOTICA, sedangkan pola serta isi Museum Olahraga disusun oleh tim yang diketuai oleh I Nyoman Nuarte.

Struktur



Gbr. Struktur Atap

Bangunan dengan bentuk seperti museum olahraga ini memerlukan struktur yang kuat untuk menanggung beban struktur serta beban benda mati dan hidup yang berada dan berinteraksi di dalam bangunan.
Penerapan struktur atap pada bangunan adalah struktur shell atau cangkang, yang membuat bangunan terlihat dinamis serta tetap mempertahankan estetika.

FUNGSI 

Sasaran pengunjung museum olahraga ini melingkup semua kalangan baik pelajar, masyarakat umum dan pihak-pihak lainnya seperti olahragawan dan lain-lain. Museum ini diharapkan dapat membuat pengunjung mengetahui  manfaat dari olahraga untuk kesehatan diri, sehingga akan diaplikasikan kedalam kehidupan sehari-harinya. Karena fungsi tersebut maka konsep bangunan lebih berkesan dinamis yang mana konsep dasar penerapan metafora pada museum berawal dari gagasan ide sebuah olahraga yang terkenal, yaitu sepak bola. Dari permainan sepak bola itu, mewujudkan konsep dengan merujuk kepada suatu bentukan bola. Bentuk bola tersebut tidak hanya sebagai estetika bangunan, tetapi lebih memperhatikan fungsi ruang yang berada didalamnya.

























Penggunaan warna pada interior lebih ke warna soft netral agar membuat orang betah selama pengunjungan.

Bentuk

Dengan melihat bentuk bangunan yang lingkaran dapat diketahui bahwa sirkulasi dalam bangunan sebenarnya adalah linear.
Secara teori jalur sirkulasi linear merupakan jalur sirkulasi yang baik untuk sirkulasi sebuah museum. Pada museum olahraga pengaturan sirkulasi linear secara horizontal dan vertical sudah baik karena tidak membuat pengunjung kebinggung disaat berada di dalam bangunan gedung museum.



 Gbr. Ruang Pamer Lantai 3

Namun ada beberapa area yang kurang dimanfaatkan untuk interaktif pengunjung. Serta penempatan salah satu koleksi yang bisa dibilang mengganggu yang berada di tengah area ruang pamer karena apabila keadaan museum sedang penuh dan ramai sering terjadi desak-desakan di area ini, mengingat ruang tidak terlalu besar.